Sabtu, 03 November 2007

Filsafat, Ilmu, Pengetahuan dan Ilmu Pendidikan

FILSAFAT, ILMU, PENGETAHUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB I

A. PENDAHULUAN

Ketidak puasan karena tidak memadainya suatu pengetahuan untuk menjawab suatu masalah, atau tidak tuntasnya penjelasan yang diberikan oleh suatu pengetahuan, atau sudah bosannya manusia dengan pengetahuan, penjelasan dan kemampuan yang mereka miliki. Penalaran filosofis umumnya sibuk menanyakan serta menelusuri makna dan penyebab dasar dari berbagai pengetahuan termasuk fenomena, tanpa mengenal batas apapun juga merupakan usaha spekulatif yang rasional, sistematik, dan konseptual untuk memperoleh pengetahuan, juga merupakan suatu ikhtiar untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan secara menyeluruh yang mencari sumber, hakikat, keabsahan dan nilai-nilai pengetahuan apapun, sehingga pada akhirnya dapat dipandang sebagai suatu tubuh pengetahuan yang memperlihatkan kepada kita apa yang kita katakan dan mengatakan kepada kita apa yang kita lihat.
Dalam upaya memajukan kehidupan suatu bangsa dan negara, sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, maka di dalamnya terjadi proses pendidikan atau proses belajar yang akan memberikan pengertian, pandangan dan penyesuaian bagi seseorang atau siterdidik kearah kedewasaan dan kematangan. Proses tersebut akan membawa pengaruh terhadap perkembangan jiwa seorang anak didik atau peserta didik dan subjek didik kearah yang lebih dinamis, baik terhadap bakat atau pengalaman, moral, intelektual maupun fisik (jasmani) menuju kedewasaan dan kematangan. Tujuan akhir pendidikan untuk menumbuhkan dan mengembangkan semua potensi manusia secara teatur akan terwujud, apabila prakondisi manusia alamiah dan sosial manusia memungkinkan seperti iklim, makanan, kesehatan, keamanan, dll yang relatif sesuai dengan kebutuhan manusia.
Pengalaman menunjukkan bahwa tidak semua manusia, baik potensi jasmani maupun rohani (pikir, karsa dan rasa) dapat berkembang sebagaimana yang diharapkan. Oleh karena itu, lahirlah pemikiran manusia untuk memberikan alternatif pemecahan masalah terhadap potensi manusia. Dengan adanya lembaga-lambaga pendidikan dengan berbagai aktivitasnya telah membantu menumbuhkan dan mengembangkan potensi manusia, sehingga bermanfaat bagi kehidupan pribadi dan masyarakat sekitarnya.
BAB II

A. DEFINISI ILMU PENGETAHUAN
Ilmu pengetahuan berasal dari dua kata yaitu ilmu dan pengetahuan. Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang menjelaskan (hubungan sebab akibat) dari suatu obyek menurut metode tertentu yang merupakan satu kesatuan sistematis. Pengetahuan adalah pembentukan pikiran asosiatif yang berhubungan sebuah pikiran dengan kenyataan atau dengan pikiran lain berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai kausalitas (sebab akibat yang hakiki).
Pengetahuan menurut Soerjono Soekanto adalah kesan di dalam fikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs) takhyul (supersititions) dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformations). Pengetahuan berbeda dengan buah fikiran (ideas) oleh karena tidak semua buah fikiran merupakan pengetahuan, dan tidak semua pengetahuan merupakan suatu ilmu, hanya pengetahuan yang tersusun secara sistimatis saja yang merupakan ilmu pengetahuan. Sistem di
dalam pengetahuan harus bersifat dinamis, artinya system tersebut harus menggunakan cara-cara yang selalu disesuaikan dengan taraf perkembangan ilmu pengetahuan pada suatu saat.
Ilmu pengetahuan (science) secara pendek dapatlah dikatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah pengetahuan (knowledge) yang tersusun sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran pengetahuan mana selalu dapat periksa dan ditelaah (control) dengan kritis oleh setiap orang lain yang ingin mengetahuinya. Rumusan tadi sebetulnya jauh dari sempurna akan tetapi yang terpenting adalah bahwa perumusan tersebut telah mencakup beberapa unsur yang pokok. Unsur-unsur (elements) yang merupakan bagian-bagian yang tergabung dalam suatu kebulatan adalah:
a. Pengetahuan (knowledge)
b. Tersusun secara sistematis
c. Menggunakan pemikiran
d. Dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain/ umum/ obyektif.

B.TUJUAN ILMU PENGETAHUAN
Tujuan ilmu pengetahuan adalah lebih mengetahui dan mendalami segala segi kehidupan, karena ilmu pengetahuan timbul disebabkan oleh adanya hasrat ingin tahu dalam diri manusia. Manusia disamping sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan orang lain (masyarakat) sehingga dalam hal ini ilmu pengetahuan sangat diperlukan untuk mempelajari hubungan antar manusia.

C. ILMU DAN FILSAFAT
Ilmu merupakan pengetahuan yang kita geluti sejak bangku sekolah dasar
Sampai pendidikan lanjutan dan perperguruan tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang pada diri kita sendiri : Apakah sebenarya yang saya ketahui tentang ilmu ? Apakah cirri – cirri yang hakiki yang membedakan ilmu dari pengetahuan – pengetahuan lainnya yang bukan ilmu ? Bagaimana saya ketahui bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang benar? Kriteria apa yang kita pakai dalam menentukan kebenaran secara ilmiah? Mengapa kita harus mempelajari ilmu ?
Berfilsafat berarti berendah hati mengevaluasi segenap pengetahuan yang telah kita ketahui . Apakah ilmu mencakup segenap pengetahuan yang seharusnya saya ketahui dalam kehidupan ini. Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak dibumi sedang tengadah kebintang – bintang. Dia ingin mengetahui hakekat dirinya dalam kesemestaan galaksi. Maka seorang yang berdiri dipuncak tinggi, memandang ke ngarai dan lembah dibawahnya. Ia ingin
menyimak kehadirannya dengan kesemestaan yang ditatapnya. Karakteristik berfikir filsafat yang pertama bersifat menyeluruh.

D. BEBERAPA ASUMSI DALAM ILMU
Ilmu yang termasuk paling maju dibandingkan dengan ilmu – ilmu lainnya adalah fisika. Fisika merupakan yang dibangun diatas sistem penalaran deduktif yang meyakinkan serta pembuktian induktif yang sangat mengesankan namun sering dilupakan orang bahwa fisikapun belum merupakan suatu kesatuan konsep yang utuh artinya fisika belum merupakan pengetahuan ilmiah yang tersusun secara sestemik, ssitematik, konsisten dan analitik berdasarkan pertanyaan – arpertanyaan ilmiah yang disepakati bersama.
Kita mengasumsikan untuk membangun rumah , ilmu ukur Euclid dianggap memenuhi syarat untuk dipergunakan. Sedangkan bagi amuba yang harus membangun rumah pada permukaan bergelombang, hal ini tidak demikian sebaiknya mereka memakai ilmu ukur yang dipakai dalam relativitas Einstein
Yaitu ilmu ukur non Euclid. Apakah asumsi semacam ini dapat dipertanggung amping jawabkan.
Untuk mengembangkan asumsi maka perlu diperhatikan beberapa hal
Pertama, asumsi harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin keilmuan . Asumsi ini harus operasional dan merupakan dasar dari pengkajian teoritis.

E. FILSAFAT PENGETAHUAN ILMU

Filsafat Ilmu merupakan bagian dari Epistemology (Filsafat Pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Ilmu merupakan pengetahuan yang kita gumuli sejak bangku sekolah dasar sampai pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi.
Pengetahuan merupakan persepsi subyek (manusia) atas obyek (riil dan gaib) atau fakta. Sedangkan Ilmu Pengetahuan dapat dikatakan sebagai kumpulan pengetahuan yang benar disusun dengan system dan metode untuk mencapai tujuan yang berlaku universal dan dapat diuji/diverifikasi kebenarannya.
Filsafat Ilmu Pengetahuan mempelajari esensi atau hakikat Ilmu Pengetahuan tertentu secara rasional, dan juga mempelajari teori pembagian ilmu, tentang dasar kepastian dan jenis keterangan yang berkaitan dengan ilmu tertentu. Jika Ilmu Pengetahuan tertentu dikaji dari ketiga aspek (Ontologi,Epistemologi dan Aksiologi), maka perlu mempelajari esensi atau hakikat yaitu inti atau hal yang pokok atau intisari dasar atau kenyataan yang benar dari ilmu tersebut.
1. ASPEK ONTOLOGI
Aspek ontology dari ilmu pengetauan tertentu hendaknya diuraikan secara :
Metodis : yaitu menggunakan cara ilmiah.
Sistematis : yaitu saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan.
Koheren : yaitu unsur-unsurnya tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan.
Rasional : yaitu harus berdasar pada kaidah berfikir yang benar (logis).
Komprehensif : yaitu melihat obyek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang, melainkan secara multidimensional atau secara keseluruhan (holistik).
Radikal : yaitu diuraikan sampai akar persoalannya, atau esensinya
Universal : yaitu muatan kebenarannya sampai tingkat umum yang berlaku di mana saja.

2. ASPEK EPISTEMOLOGI
Epistemologi juga disebut teori pengetahuan atau kajian tentang justifikasi kebenaran pengetahuan atau kepercayaan. Untuk menemukan kebenaran dilakukan sebagai berikut:
Menemukan kebenaran dari masalah.
Pengamatan dan teori untuk menemukan kebenaran
Pengamatan dan eksprimen untuk menemukan kebenaran
Falsification atau operasionalism (experimental operation, operation research)
Konfirmasi kemungkinan untuk menemukan kebenaran
Metode deduktif
Metode induktif
Untuk memperoleh kebenaran perlu dipelajari teori-teori kebenaran. Beberapa alat/tool untuk memperoleh atau mengukur kebenaran ilmu pengetahuan adalah sbb:
Rationalism : yaitu penalaran manusia yang merupakan alat utama untuk mencari kebenaran
Empirism : yaitu alat untuk mencari kebenaran dengan mengandalkan pengalaman indera sebagai pemegang peranan utama
Logical Positivism : yait menggunakan logika untuk menumbuhkan kesimpulan yang positif benar
Pragmatism : yaitu nilai akhir dari suatu ide atau kebenaran yang isepakati adalah kegunaannya untuk menyelesaikan masalah-masalah praktis.

Filsafat Ilmu Pengetahuan selalu memperhatikan: dinamika ilmu, metode ilmiah, dan ciri ilmu pengetahuan.
ilmu dan klasifikasi ilmu Dinamis ; yaitu dengan aktivitas/perkembangan pengetahuan sistematik dan rasional yang benar sesuai fakta, dengan prediksi dan hasil serta ada aplikasi ilmu dan teknologi, dinamika perkembangan karena ilmu pengetahua bersimbiosis dengan teknologi.
Metode Ilmiah : yaitu dengan berbagai ukuran riset yang disesuaikan
Ciri Ilmu : yaitu perlu memperhatikan dua aspek, yaitu sifat
Sistematik
Konsisten(antara teori satu dengan yang lain tak bertentangan)
Eksplisit(disepakati dapat secara universal, bukan hanya dikalangan
kecil)
Ilmiah, benar (pembuktian dengan metode ilmiah)

3. ASPEK AKSIOLOGI
Tujuan dasarnya yaitu menemukan kebenaran atas fakta ”yang ada” atau sedapat
Mungkin ada kepastian kebenaran ilmiah
Contohnya :
Pada Ilmu Mekenika Tanah dikatakan bahwa kadar air tanah mempengaruhi tingkat
Kepadatan tanah tersebut. Setelah dilakukan pengujian laboratorium dengan simulasi berbagai variasi kadar air tenyata terbukti bahwa teori tersebut benar.


F. ILMU PENDIDIKAN
Paedagogiek atau ilmu pendidikan ialah ilmu yang menyelidiki, merenung tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut, serta mewariskannya kepada generasi berikutnya
untuk dikembagkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan. Dengan kata lain pendidikan dapat diartikan sebagai hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri(nilai dan norma masyarakat), yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita dan pernyataan tujuan pendidikannya. Sekaligus menunjukkan cara, bagaimana waga negara bangsanya berfikir dan berprilaku secara turun temurun, hingga kepada generasi berikutnya. Dalam perkembangannya, akan sampai pada tingkat peradaban yang maju atau meningkatnya nilai-nilai kehidupan dan pembinaan kehidupan yang lebih sempurna.
Dengan demikian, jelas bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan dalam upaya memajukan bangsa, terjadi suatu proses pendidikan atau proses belajar yang akan memberikan pengertian, pandangan, dan penyesuaian bagi seseorang, masarakat, maupun negara , sebagai sebagai penyebab perkembangannya. Artinya, dalam proses perkembangan individu dan apa yang akan diharapkan darinya sebagai sebagai warga masyarakat dan bangsa. Pendidikan itu akan menimbulkan pengaruh dinamis dalam perkembangannya, baik jasmani maupun rohani(perasaan sosial, dll) sebagai suatu proses pengalaman yang sedang dialami
Ciri atau unsur umum dalam pendidikan yaitu :
Pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai, yaitu individu yang kemampuan-kemampuan dirinya berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya baik sebagai seorang individu maupun sebagai warganegara atau warga masyarakat
Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan perlu melakukan usaha yang disengaja dan terencana untuk memilih isi (bahan materi), strategi kegiatan, dan teknik penilaian yang sesui
Kegiatan tersebut dapat diberikan di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, berupa pendidikan jalur sekolah (formal) dan pendidikan jalur luar sekolah (informal dan nonformal).
Pendidikan sebagai suatu yang sangat komplek sehingga tidak ada batasan yang memadai untuk menjelaskan arti pendidikan secara lengkap. Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang pantas, baik, dan indah untuk kehidupan. Oleh karena itu arti pendidikan mempunyai dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Sebagai suatu harapan tujuan pendidikan menduduki posisi penting diantara kegiatan pendidikan. Untuk mencapai suatu tujuan diperlukan suatu ilmu, dengan ilmu maka tergambar ciri masyarakat masa depan..

Ilmu mulai berkembang pada tahap ontologis, manusia berpendapat bahwa terdapat hukum-hukum tertentu. Terdapat hubungan yang erat antara pendidikan dan ilmu. Ilmu merupakan hasil eksplorasi secara sistem dan terorganisasi mengenai alam semesta, untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Dengan perkembangan imu akan terjadi dua dampak positif ataupun negatif. Bergantung kepada kesiapan bangsa serta kondisi sosial budayanya untuk menerima limpahan informasi/teknologi itu. Percepatan perkembangan ilmu pengetahuan tersebut terkait dengan landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis (filsafat ilmu, 1978:9-15).

G. HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU PENDIDIKAN
Gabungan teori dan praktek ajaran keduanya adalah sebuah replektif dan sebuah dimensi keaktifan. Ia mempunyai pengaruh yang sangat cepat melebihi episode pengajaran menurut kelas. Suatu cara dalam hal ini pengajaran, berhubungan dengan pelajar, mereka mengandalkan proses yang sedang berlangsung yaitu konsepsi mereka tentang alam manusia.

1. FILSAFAT
Dalam bagian terbesar terminology umum, filsafat adalah usaha manusia untuk berspekulasi dalam memahami materi, merenung dan membuat alam semesta
dan hubungan manusia dengan alam semesta. Metafisika, adalah studi tentang alam, tentang kebenaran akhir (realitas akhir), meliputi spekulasi tentang eksistensi alam. Metafisika menghubungkan teori-teori pendidikan dan kegiatan praktis dalam berbagai arah. Mengingat subyek, pengalaman dan keterampilan yang semuanya itu dimasukkan kedalam kurikulum, mencerminkan tentang konsep realitas, selanjutnya dipertahankan masyarakat lalu didukung oleh lembaga sekolah. Sekolah-sekolah formal merupakan representasi dari usaha para penyusun kurikulum, guru dan pengarang buku teks untuk menggambarkan beberapa aspek realitas yang dapat dipercaya oleh siswa. Sebagai contoh, yaitu : ilmu sejarah, geografi, ilmu kimia dan lain sebagainya, melukiskan beberapa fase dan realitas juga para siswa.

Epistemologi, suatu teori ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan adalah sangat krusial dan sangat penting bagi para pendidik. Transaksi lebih besar bersifat umum dan dasar dari pengetahuan adalah hubungan yang sangat dekat kepada metode mengajar dan metode belajar. Sebagai contoh, seorang idealis boleh berpegang teguh bahwa pengetahuan atau proses adalah kenyataan mengingat kembali ide-ide presentasi dari pikiran yang terpendam.
Eksiologi, berurusan denga teori tentang nilai dan usaha tentang menentukan apakah kebaikan itu dan tingkah yang benar. Sub bagian dari aksiologi adalah etika dan estetika, etika berkenaan pada studi filsafat tentang nilai moral dan tingkah laku. Estetika berurusan deng studi dalam bidang keindahan dan seni.

2. PENDIDIKAN
Pendidikan menyangkut hal yang sangat luas, menyangkut proses sosial secara total membawa orang kedalam kehidupan kebudayaan. Spesies manusia repreduksi dari biologis sebagai perbuatan dari kehidupan organisme. Oleh kehidupan dan peran serta dari sebuah kebudayaan, ketidakmatangan dari tahapan manusia menjadi sebuah penerima dari dan partisipasi dalam kebudayaan. Setiap orang dan perubahan sosial
meliputi proses akultrasi dari masa muda/anak. Keluarga, kelompok teman sebaya, masyarakat, media, gereja, pemerintahan, semuanya berhubungan dengan pertumbuhan yang merupakan pengaruh dari individual. Oleh kehidupan dengan manusia-manusia yang lain, ketikmatangan belajar anak, bagaimana perlakuan sesama mereka. Laki-laki atau perempuan akibat dari bahasa mereka, tata krama mereka dan tindak-tanduk mereka.
Teori-teori pendidikan dan filosuf mengakui bahwa peranan pendidikan dalam interaksi manusia dan masyarakat, mereka memiliki percobaan untuk menyatakan bagan dari pemikiran untuk tuntutan sosial yang sedang berlangsung untuk memenuhi potensi manusia.
Pendidikan dalam kegiatan yang lebih banyak bersifat formal dan dengan pengertian secara disengaja, mengambil didalam sekolah, khususnya sebuah perubahan sosial yang tidak dapat dipungkiri memperkuat andil keterampilan, pengetahuan dan nilai di dalam kegiatan belajar. Sekolah adalah susunan staf dari dewan guru, yaitu orang-orang yang dihormati, ahli dalam proses pengajaran informal atau lingkungan pendidikan adalah rangkaian formal. Jika sekolah dapat menggantikan program pengajaran, juga kurikulum dan metode untuk pengajaran, juga kurikulum dan metode untuk pengajaran harus berkaitan pula dan dapat hidup dalam terminology masyarakat
Namun dengan pesatnya teknologi yang merupakan bagian dari evolusi kebudayaan, Alisyahbana (1996) dalam Hidayanto (2000) menyatakan perlunya paradigma baru dalam pendidikan sebagai era dalam skema tersebut:

Paradigma Lama Paradigma Baru
* Pengajaran di kelas *Pengajaran eksploratif Sistem yang
apprenticeship
* Penerapan informasi secara pasif *Untuk menyerap informasi secara aktif
* Bekerja secara individual * Belajar kelompok
* Guru sebagai sumber belajar tinggal yang * Guru berperan sebagai pelaku /
“Maha Tahu" pembimbing
* Isi pelajaran relatif tetap * Isi pelajaran berubah secara cepat
* Strategi / metode relatif homogen * Strategi / metode heterogen








Skema arah paradigma pendidikan
(Adaptasi dari Alisyahbana, 1996)

a. Landasan Psikologis
Psikologi yang menelaah tentang tingkah laku manusia secara khusus di dalam pendidikan disebut psikologi pendidikan. Taylor (1986) dalam Hidayanto (2000) menunjukkan bahwa ada 3 manfaat psikologi bagi pendidikan yaitu :
1) Sebagai pedoman dalam penyusunan program mata pelajaran untuk belajar mengajar;
2) Sebagai metodologi empirik untuk mempelajari bagaimana isi pelajaran disampaikan dan ;
3) Sebagai sumber pengkajian penilaian proses dan hasil belajar.
Perubahan landasan psikologis dalam pendidikan memiliki spectrum yang luas misalnya saja tingkat perkembangan usia peserta didik disini dibagi dalam psikologi perkembangan, bagaimana, bahan pelajaran dapat diserap atau dikuasai oleh peserta didik ini diketahui lewat pengkajian psikologi belajar. Kemudian bagaimana menguji atau menilai proses dan hasil belajar peserta didik adalah kajian pokok dari psikologi pendidikan.

Hidayanto (2000) mengatakan bahwa hasil-hasil penilaian psikologi pendidikan awal abad 20 dapat dikelompokkan dalam 3 jenis yaitu :
1) menekankan pada perubahan perilaku yang tampak (Behabiorist),
2) yang menekankan pada perkembangan potensi pikir (kognetif) dan
3) yang menekankan pada interaksi atau tingkah laku, proses mental dan lingkungan (interraksionist) dari ketiga kelompok tersebut, kelompok terakhir tempat paling populer.

b. Landasan ilmiah dan teknologis
Menurut Diyati (1998) dalam Hidayanto (2000) menyebutkan perlunya landasan ilmiah dan Silas (1993) dalam Hidayanto (2000) menegaskan perlunya landasan teknologis dalam pelaksanaan pendidikan.
Landasan ilmiah diperlukan karena tujuan pendidikan ialah menghasilkan pribadi yang baik. Kegiatan pendidikan adalah kegiatan terprogram. Unsur material kegiatan pendidikan pada umumnya terhimpun dalam satuan tindak pendidikan yang secara mikro disebut satuan situasi pendidikan dan secara makro disebut kegiatan pendidikan terprogram. Analisis tetap kegiatan pendidikan menunjukkan bahwa program-program pendidikan memerlukan landasan berbagai cabang ilmu pengetahuan secara lintas disiplin. Program-program pendidikan yang memerlukan hasil-hasil penelitian memiliki peran utama. (Hidayanto: 2000), Silas (1996) dalam Hidayanto (2000) menunjukkan perlunya teknologi didalam pendidikan. Untuk mengungkap wawasan kita tentang teknologi dan perkembangan SDM dapat dipahami melalui perkembangan teknologi bersamaan dengan perkembangan SDM.
Jenis teknologi yang secara langsung memiliki pengaruh kuat terhadap pelaksanaan pendidikan ialah teknologi komunikasi, seperti radio, TV, komputer dan sebagainya. Walaupun produk-produk teknologi ini bukan khusus untuk pendidikan.

BAB III

A. KESIMPULAN

Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu, termasuk kedalamnya adalah ilmu. Jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai pengetahuan lainnya termasuk seni dan agama
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat dan langkah-langkah sbb:
Perumusan masalah
Penyusunan kerangka berfikir
Perumusan hipotesis
Pengujian hiotesis
Penarikan kesimpulan

Pendidikan mempunyai fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
Yang menjadi landasan keilmuan kegiatan pendidikan adalah 1) Landasan Filosofi, 2) Landasan Sosiologis, 3) Landasan Kultural (Pendidikan), 4) Landasan Psikologis, 5) Landasan Ilmiah dan Teknologis.

B. SARAN

Perlunya paradigma baru dalam kegiatan pendidikan dan perlunya teknologi didalam pendidikan untuk mengungkap wawasan tentang teknologi dan perkembangan SDM (Sumber Daya Manusia).

DAFTAR PUSTAKA

Conny Semiawan,Th.I. Setiawan, Yufiarti, 2005, Panorama Filsafat Ilmu, Teraju
Dimyati, Muhammad, 1994, Landasan Kependidikan, Jakarta : Depdikbud DIKTI .
Hidayanto, Dwi Nugroho,Prof.Dr.2000,Landasan Pendidikan,Samarinda : Forum Komunikasi Ilmiah FKIP Universitas Mulawarman.
H. M. Djumransjah, M.Ed, Drs. 2006, Filsafat Pendidikan, Bayumedia Publishing
Jujun S. Suriasumantri, 2001, Filsafat Il mu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan
Mulyahardjo ,Redja, Dr. 2004, Filsafa Ilmu Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya
Suriasumantri,Jujun.S, Prof.Dr. 2001, Filsafat Il mu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan
Stephen Paimois, Dr. 2002, Pohon Filsafat, Pustaka Pelajar.
Tirtaharja,Umar,at,al,1994, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan: DIKBUD ; DIKTI .

Tidak ada komentar: